28 Mei 2009

Seorang Ustadz Bernama Mario Teguh

Senang sekali nonton acara TV, Mario Teguh: The Golden Ways. Melihat smiling face Pak Mario saja sudah suka di tambah lagi kata-kata bijak yang di lontarkan kepada pemirsa. Pak Mario memang motivator handal.

Cara penyampaian dan gaya bicara serta pilihan kata dari Pak Mario ibarat “siraman rohani”. Entah disadari pemirsa atau tidak, Pak Mario adalah seorang da’i, seorang ustadz. Simak saja pemikiran beliau ini:

Upaya adalah pembaik nasib, hanya jika upaya itu baik

Adikku,
yang dititipkan oleh ibumu kepada ibuku,
agar aku melebihkan kasihku kepadamu,

Berbunga hatiku saat aku melihatmu mengangguk khusuk dan haru, saat aku simpulkan untukmu, bahwa

Upaya adalah pengubah nasib,

sehingga upayamu adalah pengubah nasibmu.

Lalu engkau bertanya-tanya dan memintaku menjelaskan,
mengapakah jika upaya adalah pengubah nasib, Tuhan belum memperbaiki nasibmu melalui semua upaya penuh penderitaan yang sekarang sedang kau tapaki?

Wahai hati yang bertanya,

Ketahuilah ini dan jadikanlah penuntun bagi pilihan upayamu, bahwa

Upaya adalah pembaik nasib, hanya jika upaya itu baik.

Sehingga jangan engkau sebut pekerjaanmu itu upaya yang akan memperbaiki nasibmu, jika dalam mengerjakannya engkau berlaku tidak adil kepada yang membayarmu, tidak tulus kepada pelangganmu, dan tidak jujur kepada keluargamu.

Engkau memang tetap bisa hadir tanpa harus menjadi keuntungan bagi orang lain, tetapi jika kehadiranmu tidak menyebabkan perbedaan yang berarti, untuk apakah engkau hadir?

Maka mulai hari ini tetapkanlah dirimu untuk hadir sebagai keuntungan bagi orang lain.

Janganlah engkau tiru perilaku dari mereka yang lebih disyukuri ketidak-hadirannya, karena mereka berperan sebagai pelambat hasil atau perugi bagi orang lain.

Semakin besar perbedaan yang bisa kau sebabkan karena kehadiranmu, akan semakin bernilai engkau bagi orang lain.

Dan jika engkau memimpikan untuk menjadi bintang di antara bintang, pastikanlah bahwa perbedaan yang kau sebabkan dalam kehadiranmu itu adalah perbedaan yang tidak bisa dibangun oleh orang lain.

Sekarang, aku tanyakan ini kepada hatimu yang lebih ramah,

Mulai hari ini, apakah engkau akan memastikan bahwa setiap jiwa yang bersentuhan denganmu akan menjadi jiwa yang mensyukuri pertemuan denganmu?

Sadarkah engkau bahwa jika orang merindukan kehadiranmu, sebetulnya engkau telah hadir di hati mereka?

Maka undangannya kepada kita, engkau dan aku,

Capailah keindahan yang membahagiakan pada semua yang bisa kau indahkan dalam dirimu, agar engkau menjadi pengindah kehidupan semua saudaramu.

Maka selalu ingatlah, bahwa

Upaya adalah pembaik nasib, hanya jika upaya itu baik.

Rangkaian kata yang indah ini adalah sebuah nasihat bijak untuk direnungkan. Topik utamanya adalah usaha atau ikhtiar manusia. Tulisan Pak Mario tersebut merupakan terjemahan dari satu ayat kitab suci yang intinya bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak berusaha merubahnya.

Saya sebut Pak Mario seorang Da’i dengan metode syiar modern. Bedanya dengan metode syiar pada umumnya bisa didengar dan dilihat dengan kasat mata. Perbedaan yang sering saya dengar adalah pengucapan kata untuk Dia Sang Pencipta. Pak Mario memilih kata Tuhan. Kata Tuhan terasa lebih universal. Gaya berpakaian Da’i modern ini berbeda dengan da’i pada umumnya. Jika biasanya kita lihat da’i berbaju koko, memakai sarung dan peci atau sorban, maka bisa dibandingkan perbedaan gaya berpakaian Pak Mario yang sering memakai jas.

Sebagian masyarakat mungkin sangat akrab dengan motode syiar pada umumnya yang da’inya memakai baju identitas golongan tertentu. Naifnya, masyarakat sekitar kita masih silau dengan segala sesuatu yang berbau kearab-araban. Ambilah contoh baju. Gamis adalah model baju dari Arab. Hal ini mengingatkanku akan obrolan santai dengan teman-teman dengan menggunakan kata “andai.” Seorang teman bilang, “Seandainya Nabi Muhamad lahir di Solo, beliau akan memakai beskap dan blangkon.” Ah, ada-ada saja pengandaiannya.

Berkenaan dengan syiar Pak Mario, segmen sasarannya kalangan menengah ke atas sedangkan syiar yang lain segmen sasarannya menengah ke bawah. Pak Mario tidak menunjukkan identitas keislamannya secara gamblang, akan tetapi tulisannya menunjukkan kalau dia seorang muslim. Ada satu pengalaman Pak Mario yang menarik sekaligus memerlukan introspeksi diri berkaitan dengan perilaku kita. Pak Mario bercerita,

Ada satu pengalaman yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin adalah ucapannya, “Loh, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?” Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam.”

Sekali lagi, Pak Mario tidak hanya berdakwah untuk kalangan tertentu tetapi untuk semua golongan. Bravo Pak Mario!

25 Mei 2009

Pesawat Kita Jatuh Lagi

Kali ini giliran Hercules C 130 milik TNI AU yang terjatuh di Magetan Rabu kemarin. Korban meninggal mencapai 100 orang atau lebih. Rasa simpati dan bela sungkawa dari hati yang terdalam untuk para korban Hercules.

Ada tamu mengetuk pintu saat kulihat berita di TV tentang jatuhnya pesawat Hercules.

“Nonton apa mbak?”

“Pesawat Hercules jatuh.” jawabku

“Pesawat Indonesia memang kalah baik dengan negara tetangga.” katanya

“Teman saya yang teknisi pesawat saja tak berani naik pesawat.” lanjutnya

“Kenapa?” tanyaku

“Ya tahu kondisinyalah. Ibarat naik bis, seperti naik bis lelayu itu.” jelasnya

“Wah, gawat dong. Masa sebegitunya gambaran pesawat kita?” tanyaku

“Dalam bahasa ringkasnya, pesawat di Indonesia barang rosokan (barang yang sudah tak terpakai: bhs. Jawa).” katanya

Itu hanya sedikit gambaran seputar opini masyarakat berkenaan dengan pesawat di Indonesia. Harapan sebagian masyarakat, semoga pesawat Indonesia makin berkualitas.

07 Mei 2009

Isu Seputar Antasari Azhar

Riuh rendah pemberitaan seputar ketua KPK, Antasari Azhar yang menjadi tersangka kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen menghiasi media massa nasional akhir-akhir ini. Kabar ini sangat mengagetkan banyak kalangan. Antara percaya dan tidak percaya. Dan tentu saja peristiwa ini mengundang tanya.

Cukup mengagetkan ketika pertama kali melihat pemberitaan terbunuhnya Nasrudin yang mati tertembak di pelipis kirinya sepulang dari bermain golf. Pikirku saat itu, sekarang ini banyak orang nekat. Pemberitaan selanjutnya lebih mengagetkan lagi karena ketua KPK, Antasari Azhar dipanggil sebagai saksi kasus pembunuhan Nasrudin. Dan dalam waktu singkat, ketua KPK sudah dijadikan tersangka yang diduga sebagai otak pembunuhan. Ketua KPK langsung di sel. Jangka waktu yang relatif cepat menangkap kesembilan tersangka ini menimbulkan tanda tanya besar.

Pebunuhan terhadap Nasrudin yang dikaitkan dengan cinta segitiga membuat nama Antasari Azhar jatuh. Dan lagi, nama lembaga KPK dipertaruhkan. Selama ini yang diketahui masyarakat umum, KPK terbukti telah menguak kasus korupsi kelas atas. Dengan kata lain, KPK mempunyai rapor yang bagus di mata masyarakat. Semenjak isu terkait pembunuhan Nasrudin yang masih simpang siur, muncul pendapat masyarakat yang beragam.

Dari berbagai berita yang disiarkan, sepertinya ada something wrong dengan adanya penangkapan ketua KPK. Pertama, ketua KPK ditangkap oleh Kejagung yang merupakan institusi dimana dia dulu bekerja dan juga mengungkap kasus besar di dalam Kejagung sehingga secara otomatis menggiring teman-temannya ke pengadilan. Kenapa bukan POLRI yang menangkap? Kedua, penangkapan kesembilan tersangka dalam waktu yang relatif singkat membuat jidat berkerut. Ah, yang benar. Secepat itu dan tidak ada yang lolos. Sedangkan kasus lain seperti terbunuhnya Munir serasa bertele-tele perkembangannya. Ketiga, jika pembunuhan itu dianggap sudah terencana dengan matang, kenapa barang bukti berupa pistol tidak dihilangkan berikut kendaraan yang dipakai? Semestinya segala atribut pembunuhan dihilangkan jika pembunuhan itu profesional. Keempat, Rani Juliani seorang saksi kunci yang belakangan di ketahui menikah siri dengan Nasrudin seperti lenyap di telan bumi. Kelima, Antasari Azhar langsung dinonaktifkan sebagai ketua KPK setelah dipanggil kepolisian. Dari penangkapan sampai penonaktifan ini sepertinya sudah tersusun dengan matang. Keenam, jika melihat track record Ketua KPK, Antasari Azhar, rasanya rencana pembunuhan itu terlalu simpel. Hanya bertahap lewat tangan kesembilan. Sedangkan Antasari Azhar sendiri sudah berpengalaman mengusut kasus-kasus yang bisa dibilang jauh lebih rumit dan complicated. Tentu saja pengusutan kasus seperti itu memerlukan kesabaran dan yang paling penting, ketelitian. Apa iya dia seteledor itu? Lalu keteledoran apa yang dia buat? Contohnya, berupa SMS ancaman yang ditengarai dari Antasari Azhar. Sekali lagi, ancaman kok lewat SMS sih? Bukannya dia itu jagonya sadap menyadap telpon dan SMS? Terbukti dari kasus-kasus yang ditanganinya, pembicaraan lewat telepon dijadikan alat bukti di pengadilan.

Lalu apa motifnya? Beragam opini mengemuka menyikapi isu ini. Dari mulai motif Antasari sendiri sampai motif yang diusung pihak lain. Sedangkan motif lain seperti; motif Kejagung melakukan penangkapan. Adakah unsur lain dari “sekedar” pencemaran nama baik mengingat Antasari menyingkap konspirasi di Kejagung yang dilakukan rekan-rekannya? Adakah balas dendam? Mungkinkah ada orang-orang yang merasa gerah dengan sepak terjang Antasari sehingga perlu menutup ruang geraknya? Adakah kemungkinan pembunuhan yang menyeret Antasari sebagai tersangka ini merupakan skenario besar yang disusun oleh para koruptor dan teman-temannya? Dan lagi, Anggota KPK sepakat dengan penonaktifan Antasari sebagai Ketua KPK. Secepat membalik telapak tangan. Mungkinkah Antasari ditelikung dari belakang? Belakangan beredar kabar kalau Antasari di jebak.

Kasus ini mengingatkanku pada kasus Munir yang ternyata menyeret Muchdi PR, seseorang yang bekerja di Badan Intelijen Negara. Dan apa perkembangan kasus ini? Mengecewakan!

Indonesia, apa yang kau rasa? Inikah gambaran carut marutnya negeri ini? Entah kepentingan apa yang berbenturan dalam kasus ini. Yang jelas, kebenaran hanya milikNya. Ya Allah, berikanlah kepada hambaMu apa yang telah Engkau berikan kepada hamba-hambaMu yang sholeh. Semoga.

04 Mei 2009

Legenda Malin Kundang

Siapa yang tak kenal dongeng Malin Kundang? Cerita rakyat ini sudah begitu populer di masyarakat. Anak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas pasti lancar bercerita Malin Kundang.


Alkisah diceritakan, seorang anak yang merantau keluar kampung halamannya. Saat pulang ke kampungnya, si Malin menjadi anak yang sukses dan kaya raya. Akan tetapi Malin tidak mau mengakui ibunya yang masih hidup miskin.


Sang ibu sakit hati karena Malin sudah tidak mau mengakuinya sebagai orang tuanya. Di tengah kemarahannya, sang ibu mengutuk Malin kundang menjadi batu. Sampai saat ini, batu itu masih ada dan menjadi tempat wisata. Pesan atau kesimpulan sementara dari cerita rakyat tersebut adalah kemalangan yang menimpa si anak durhaka sehingga ia dikutuk menjadi batu.

Saya ingin mengemukakan pesan cerita Malin Kundang dari sisi lain. Cerita anak durhaka yang telah ditorehkan turun temurun ini sungguh mengusik hati. Di satu sisi, Malin Kundang memang bersalah karena tidak mengakui ibunya. Di sisi lain, ibunya turut andil memperparah kekhilafan si Malin dengan cara menutup pintu taubatnya sehingga menyumpahi si anak menjadi batu. Tak adakah cara yang lebih baik untuk menyadarkan kekhilafan si anak?


Telah digariskan bahwa murkanya orang tua murkanya Allah juga. Hal inilah yang perlu digarisbawahi. Wahai para ibu di seluruh dunia, kendalikanlah lisanmu agar anakmu tidak celaka.


Jika dicermati, hubungan orang tua dan anak merupakan hubungan timbal balik. Orang tua butuh anak penerus keturunan, anak butuh orang tua sehingga anak harus berbakti kepada mereka yang telah mengasuh sejak bayi. Doa anak yang berbakti merupakan salah satu amal yang tak kan putus. Seperti itulah gambaran hubungan timbal balin orang tua dan anak.


Kembali pada cerita Malin Kundang, jika anaknya disumpahi menjadi batu, siapa lagi yang akan mendoakan orang tuanya? Bagaimana pertanggungkawaban orang tua kelak? Senangkah ibunya melihat anaknya membatu? Tepatkah tindakan sang ibu? Dan masih beragam pertanyaan yang mungkin terlontar dari cerita ini.


Dari sini saya menarik pesan berbeda dari pesan yang telah mengemuka diatas. Pertama, Malin Kundang adalah anak yang khilaf dan perlu bimbingan agar menjadi anak sholeh. Kedua, pengendalian diri yang kurang terkontrol dari orang tua.