Perhatian publik kini terpusat pada bentrokan atas penggusuran makam Mbah Priok. Penggusuran dilakukan oleh Satpol PP dengan berbekal Surat Penertiban yang berakhir ricuh dan bahkan jatuh korban tewas dari kedua belah pihak.
Lalu siapa sebenarnya mbah Priok? Kita harus kembali melihat pada tiga abad silam berkenaan serentetan sejarah panjang tentang Mbah Priok meskipun hanya cerita tutur rakyat yang kemudian telah menjadi folklore berkaitan dengan asal usul nama Tanjung Priok. Diceritakan bahwa Mbah Priok yang dilahirkan di Palembang pada tahun 1727 adalah seorang aulia bernama Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain Ass Syafi'i Zuñirá atau biasa disebut Habib. Beliau adalah penyebar agama Islam di Batavia pada abad ke-18 yang tentunya berkaitan erat dengan sejarah kota Jakarta dan dari beliaulah asal mula nama Tanjung Priok. Menurut catatan, Hasan bin Muhammad bersama Al Arif Billah Al Habib Ali Al Haddad pergi ke pulau Jawa untuk misi dakwah Islam pada tahun 1756 dengan naik kapal ke Batavia selama dua bulan. Rintangan yang dihadapi mereka adalah berhadapan dengan armada Belanda dengan persenjataan lebih canggih. Memang tak banyak yang dapat diceritakan tentang sejarah Mbah Priok ini.
Sebelum peristiwa Ptiok berdarah ini, makan Mbah Priok telah menyeruak ke permukaan karena “menarik” perhatian para ilmuwan dari luar negeri. Yang menjadi pertanyaan, “Apa sih menariknya sebuah makam di mata ilmuwan luar negeri?” Menurut Habibina, pengurus makam ini menuturkan bahwa para ilmuwan yang mengaku utusan dari Amerika, Jerman, Rusia, dan Australia mendatangi ahli waris untuk mengklarifikasi sinar yang memancar dari makam hingga ke luar angkasa yang tertangkap oleh satelit mereka. Mereka melacak keberadaan sinar tersebut yang ternyata berada di Indonesia dan menduga bahwa sinar tersebut merupakan senjata laser. Kekecewaan dan kebingungan serta merta menghinggapi para ilmuwan karena ternyata sinar tersebut berasal dari makam Mbah Priok.
Makam Mbah Priok oleh masyarakat setempat diyakini sebagai makam aulia penyebar agama Islam yang bersejarah dan sudah sepantasnya dipertahankan, bukannya di gusur. Makam ini ramai dikunjungi masyarakat karena setiap tahun diselenggarakan acara “haul” Mbah Priok. Jikalau ada kearifan lokal dalam melihat Makam Mbah Priok karena sejarah tidak akan berulang, once in a life time.