Baru kemarin tayang ditelevisi profil seorang anak kecil bernama Sinar berumur 6 tahun yang harus melakukan semua pekerjaan di rumah seorang diri karena sang ibu lumpuh. Mereka tinggal di Polewali, Mandar, Sulawesi barat.
Sinar sering terlambat ke sekolah karena harus menyiapkan segala kebutuhan ibunya. Sinar memasak nasi dan memastikan ibunya sudah makan sebelum berangkat ke sekolah, mencuci, dan membersihkan rumah. Lihat, betapa sayangnya Sinar kepada ibunya. Sinar membelai penuh kasih rambut ibunya yang kusut. Bocah 6 tahun ini memiliki rasa tanggung jawab mengurus sang bunda sementara ayahnya menjadi TKI di Malaysia.
Aktifitas keseharian itu dilakoninya tanpa mengeluh karena mungkin bingung harus mengeluh kepada siapa ataupun meminta orang lain menolognya karena tidak tahu kepada siapa harus meminta pertolongan. Trenyuh. Kata itu pantas ditujukan kepadanya. Anak seumur itu harus rela kehilangan masa bermainnya untuk merawat sang ibu dan melakukan pekerjaan orang dewasa. Sinar, sempatkah kau belajar?
Tadi pagi ibu dan anak ini diwawancarai di rumahnya yang terbuat dari kayu. Sang ibu ditanya mengenai kelumpuhannya yang dijawabnya karena terjatuh saat menaiki tangga rumahnya. Mata Sinar seakan redup ketika ditanya aktifitas kesehariannya. Ya, tak ada mata bening ceria di anak seusianya. Beban dan tanggung jawab terlalu berat di pundaknya.
Setelah di blow-up media, bantuanpun berdatangan. Ibu Murni namanya, dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan atas kakinya yang lumpuh ditemani Sinar yang sudah 3 hari ini tidak sekolah. Disebutkan bantuan senilai 50 juta untuk mengobati kaki ibu Murni.
Atas kejadian ini menyeruaklah pertanyaan, “Apa masih ada Sinar-Sinar yang lain di Negara kita ini? Kalau bukan kita, siapa yang akan peduli? Lalu, mau di bawa kemana generasi muda kita?
Sinar, engkau diharapkan menyinari dirimu dan keluargamu. Kini engkau telah bersinar. Semoga sinarmu semakin terang menyinari dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar