Mataku terasa nanar
Telingaku seakan tersulut api mendengar
Beribu kata berjejalan dimulut ini dan serasa mau tumpah
Resah hati tercermin dari raut muka yang tak cerah
Kali ini seribu kata tak tertampung lagi
Aku harus berlari ke rumah besar itu
Aku melirik pintu yang telah rusak dimakan rayap
Sembari membawa lilin karena ruangan redup dan gelap
Permisi …
Tak ada jawaban
Aku masuk dan mengarahkan lilinku ke depan
Astaga… Semua penghuni rumah ini buta dan tuli
Aku berteriak lantang!
Kalian sudah merasa enak duduk di kursi empuk itu
Sampai-sampai tak bisa bangkit meninggalkannya
Kalian terlalu kerasan tinggal di rumah nan megah ini
Sampai-sampai tak mendengar aku berteriak kencang
Aku datang membawa sejuta kata untuk kalian
Aku datang membawa segepok pesan
Dengan sedih kubacakan walau tak bisa kalian dengarkan
Tegakkan keadilan!
Tunjukkan kebersihan!
Kobarkan semangat kejujuran!
Gontai kulahkangkan kakiku keluar pintu
Kutingggalkan lilin di rumah megah itu
Berharap mereka dapatkan redup cahayanya
Semoga
Solo, 11 November 2009