24 Februari 2009

Dukun Cilik Ponari, saktikah?

Merebak kabar berita yang menghebohkan akhir-akhir ini. Ponari yang fenomenal. Ponari yang jadi dukun dadakan. Entah dari mana asal muasal kabar bertuahnya batu petir temuan Ponari itu sehingga sampai detik inipun masih banyak orang mengantri untuk sekedar mendapatkan "air mujarab" dari "kekuatan batu petir." Dari cerita yang beredar, terlontar banyolan dari seseorang. Ponari yang kena petir dan jadi sakti. Ah, jadi ingat komik Flash Gordon. Kalau di Indonesia, tentu masih ingat dong film Gundala Putra Petir .

Ketidakpahamanku akan fenomena ini terus mengundang tanya sampai saat ini. Apa sebenarnya yang tengah terjadi? Saat ngobrol dengan rekan kerjaku, terjadi obrolan yang realistis sampai konyol mengenai "air mujarab" itu. Dia membuka percakapan seperti ini. Ketika seseorang sakit, kira-kira ingin sembuh tidak? Ya Pastilah, itu jawaban yang masuk akal. Dan kira-kira lagi nih, orang yang sakit ingin sembuh dalam waktu lama atau cepat ya? Ya pasti pengin cepat sembuhlah, itu juga jawaban logis. Orang pasti inginnya sehat, kalaupun sakit pasti nggak mau berakrab-akrab dengan penyakit. Iya nggak? Maka dipilihlah cara cepat sembuh. Salah satunya datang ke dukun cilik Ponari. Jawabku untuk rekanku ini kira-kira begini. Memang benar sih, orang yang sakit pengen cepat sembuh. Cara penyembuhan kilat ala Ponari itu menurutku seperti mengharapkan "keajaiban" yang kemungkinannya 1001. Satu diantara ribuan pasien Ponari itu mungkin tersugesti dan bisa sembuh tapi ribuan pasien lain bagaimana? Cerminan fenomena ini bias, di satu sisi mereka mengharapkan kesembuhan kilat tapi di sisi lain tersirat keputusasaan dari antusiame masyarakat. Sekali lagi, harapan sembuh yang berlebihan ini bisa menjadi cermin diri akan keputusasaan. Disamping itu, himpitan ekonomi menjadi faktor yang tak bisa dipungkiri karena biaya pengobatan di rumah sakit yang naik 400% membuat masyarakat berfikir 100 kali untuk berobat ke dokter. Yah, semua kembali ke masing-masing individu.

Disini tidak akan dibahas fenomena itu dari sisi religi. Memang sih, semua orang berhak memberi subyektifitas penilaian masing-masing. Tapi yang jelas, penilaian yang benar ada dalam wilayah kekuasaan Dzat Yang Maha Suci.

Jika fenomena ini direnungkan lebih dalam lagi, ketidakmengertianku semakin menjadi-jadi. Berhari-hari mencoba mencari tahu tapi ternyata tak mudah membuat hati kita hidup. Yah, setidaknya lisan ini hidup. Hal yang lebih sulit lagi adalah membuat lisan dan hati kita hidup. Mungkin aku termasuk hamba Allah yang ehmmm.... tidak ngeh akan simbolisasi kejadian ini. Somedoby please tell me!!! What's going on?

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Ponari jadi selebriti dadakan. Sekarang minta perlindungan polisi. Dah ada saingan tuh di sulawesi. Batunya mengeluarkan minyak yang harum lagi...

ANN mengatakan...

dear vian,
ndak usah nggumun atau panik ya. orang-orag yang datang itu kan pada susuh semua. ndak mampu kalo hrs rutin kontrol dokter atau operasi yang digitnya mencapai puluhan atau bahkan mungkin ratusan juta. Ya akhirnya kiblatnya diputer-puter sampe mumet. Jadilah PONARI. Dia salah satu anak yang bisa menjawab keputusasaan dan kebingungan orang-orang tsb selain juga para tetangga PONARI yg begitu lihai memanfaatkan peluang. GENIUS kan?Semua orang jg tau kesembuhan itu milik Allah. Kalo udah tau masih nekat ya tunggu tanggal mainnya. Termasuk kita yg lebih suka jadi penonton dari pada dengan lantang mengatakan TIDAK. Pertanyaannya Mungkinkah kita akan kecripatan "show"nya Allah.We will never know. But yg jelas pasti bikin kita lebih rajin mengingat namanya, dalam perilaku kita.