AKU BUKAN PENDOSA
Oleh Vianbonie
Rasaku bagai badai di derasnya hujan
Cintaku hadir seperti petir yang menggelegar
Angin membisikkan kerinduan
Pada nyiur yang di tampar
Kau bukan merpati yang terbang dan
Hinggap sesuka hati
Telah kau tambatkan perahumu pada satu hati
Dosakah bila aku mencintaimu?
30 Maret 02
MAWAR DI HUTAN
Oleh Vianbonie
Sebentar lagi kuncup itu mekar
Banyak orang menyukai warna dan harumnya
Telah tiba waktumu menebar aroma
Pastikan banyak yang mampir mengerlingnya
Rasa bangga muncul tatkala
seseorang memetikmu seraya kau berseru
“Ah…beruntungnya aku !”
dan kaupun terlena
Engkau ditaruh dalam jamban emas
“Ini suatu kehormatan!” katamu
Kesenangan sesaat melesat
memenuhi kalbu
“Ingin sekali kuhirup udara segar”, katamu suatu hari
Kepatuhanmu pada sang pemetik terlalu angkuh bersemayam di hati
Ujungmu mulai layu dan mengering
dan jamban itu terlalu sempit mengekang
Kau telah kehilangan dirimu
Meski kau ada disitu
Tak bisa kau jangkau pikiranmu
karena itu bukanlah dirimu
Sementara ujung yang lainpun mengikuti
Rasa sesak menyergap dalam gelap
Tangkaimu tak sanggup menahannya lagi
Tanpa hembusan angin, kau jatuh terlelap
24 Maret 03
CINTA BERSYARAT
Oleh Vianbonie
Menimang dengan kemarahan
Memuji dengan cacian
Bidadari kecilmu belajar berjalan
Suatu kebimbangan di persimpangan
Jalanan selalu licin
Dia terpeleset berkali-kali
Tak kau hampiri dan dekati
Hanyalah doa yang menyertai
Kini dia bisa berlari
Kau bilang “Kemari!”
Nasihat balas budi tebingkai indah
Dan penyakit itu datang lagi
Berjalan dengan tubuh lemas dan penyakit yang menggerogoti
Berharap suatu keajaiban terjadi
Cinta tak bersyarat darimu
Anakmu bukanlah anakmu
25 Februari 03
SEBUAH ANUGRAH
Oleh Vianbonie
Terimalah sebuah anugrah
Yang tak bisa kau cegah
Kedatangan dan kepergiannya
Kebahagiaan dan kehancurannya
Dua anak manusia terikat dalam emosi
Dipaksa memisahkan diri
Karena perbedaan keyakinan
Bertanyalah tentang keadilan pada orang bijak
Bertanyalah tentang kesabaran pada Ibu
Bertanyalah tentang hati pada dirimu
Ikutilah nuranimu
27 Oktober 02
I LOVE YOU
Oleh Vianbonie
Melukiskanmu aku tak mampu
Memandangmu aku rindu
Perpisahan tak pernah berakhir
Bagai kamaratih kau menahan sukmaku
Bagai Durga kau melumatkanku
Aku rindu amarahmu
Aku rindu kasihmu
Isytar, aku mencintaimu
28 April 02
KISAH SINGA DAN DOMBA
Oleh Vianbonie
Kau adalah singa
Aku adalah domba
Setiap saat kau bisa memangsa
Aku yang tak berdaya
Kukumu tajam laksana parang
Yang menembus jantung
Gigimu kuat laksana pedang
Yang siap menincang
“Daging segarmu tak mengenyangkan
darah merahmu tak menyegarkan
Kelaparan dan kehausan
Singa pujaan”
Cengkeramanmu teramat kuat
Seakan meremukkan tulang
Hingga aku jatuh menggelepar sekarat
Seperti hidupku yang hampir hilang
15 April 02
BURUNG MANYAR
Oleh Vianbonie
Suaramu nyaring dan merdu
Kepak lembut sayapmu membuatku cemburu
Kebebasanmu mengarungi angkasa
membuatku takjub dan terpana
Menukik tapi kadang melesat bagai komet
Kau tampak mengecil, mengecil dan mengecil
dan hilang dari pandang mataku
untuk menyapaku di esok pagi yang pekat
Belum lagi kau bangun sarang
Dengan mulut mungilmu
La Nina berputar kencang
Meluluhlantakkan calon sarang
Dengan bersiul riang kau terbang
Mencari sesuatu yang baru
Kau burung manyarku
Dimanakah gerangan dirimu?
18 Juni 03
ANAKKU BUKAN MILIKKU
Oleh Vianbonie
Anak titipan Illahi
Rawatlah dengan cinta
Jika dia besar nanti
Biarkan tangannya menggapai langit dan samudra
“Ayah, tolong gandeng aku
Aku merasa asing dengan sekelilingku
Aku tak lagi bisa menunggu
Tunjukkan aku jalan yang harus kulalui”
“Tuan pengembara mampirlah ke sini
Cicipi kopi pahit dan kue ini
Anda pasti lelah menempuh perjalanan sendiri
Mari duduk sini”
Setengah tersentak kumenoleh ke kanan kiri
Tak ada tangan kecil disampingku
Kutebarkan pandang mencari
Bayangan sosok kecil berjalan ke kiri
Dia berhenti dan berbalik memandangku
Sembari melambaikan tangannya
Ketersenyum padanya dan berkata
“Anakku, kau bukan milikku, bukan milikku”
18 Maret 2005
EMPATI
Oleh Vianbonie
Kau tertawa saat aku bahagia
Kau sedih saat aku terluka
Kau menjadi mataku saatku buta
Kau menggapaiku saatku jatuh tak berdaya
Kurasakan gelap, temaram dan terang
Kubuka mataku tuk yakinkan diri
Jelaskah semua ini?
Belum
11 Desember 2005
MY CHARMING MAN
Oleh Vianbonie
Salam kenal dariku
Melihatmu lewat depan rumahku
Aduh senangnya!
Beradu pandang denganmu
Sungguh mempesona!
Melihat senyum khasmu
Amboi manisnya!
Pagi ini kau menghampiriku
“Mari, mari silakan masuk”
“Terima kasih Nona”
“Silakan cicipi kopi buatanku”
“Pasti enak rasanya”
Tidak seperti biasanya dia
Kaos oblong dan sarung putihnya hampir abu-abu
Sandal jepitnya biru muda dan hijau
Tas hitam kecil menyembul dari genggaman tangannya
“Tumben pagi-pagi datang ke sini”
Kutatap tajam matanya
“Kira-kira ada perlu apa?
Kegelisahan nampak menyeruak dari wajahnya
“Saya tahu ini kepagian”
Katanya agak gugup
“Tetapi ada keperluan yang ingin saya sampaikan”
Lanjutnya sambil membuka tas hitamnya
Ada kilatan di dalam tas itu
Dia mendekat dan menodongkan sebilah pisau padaku
“Aku bermaksud merampokmu”
“Pisau ini akan bertindak sesuai keinginanku”
Aku melongo
Tanganku meraba darah di bajuku
Masih melongo
Dihujamkannya pisau berkali-kali di dadaku
Aku tetap melongo dan jatuh terkapar
Kutatap dia dengan mata nanar
Oh … My Charming Man
Why?
7 Februari 2008
BUKAN SITI NURBAYA
Oleh Vianbonie
Kata orang Cinta perlu pengorbanan
Bah! Aku tidak percaya
Ayah bilang Menurut kata orang tua itu kerharusan
Pertanyaanku! Untuk orang tua macam apa
Pengorbanan tak berlaku untuk Oshin
Mejadi penurut syarat mutlak untuk Kenshin
Pelangi di tepi danau menjadi saksi
Sumpah setia Oshin dan Kenshin
Hingga suatu hari pelangi tertutup awan
Yang hitam berarak menyelimuti sanubari
Warna lembayung di ufuk barat memberi isyarat
Berhentilah menunggu pangeran berkuda
Lalu hujan salju datang terencana
Mencairkan suasana panas menyengat
Bangun Oshin! Bangun!
Ini bukan negeri dongeng!
Ini kenyataan!
Sontak Oshin kaget dan berteriak “kenshin …! Kenshin …! KENSHIN …!
“Kusebut namamu tiga kali”
“Cepatlah bangun!”
“Kau bukan Siti Nurbaya! BUKAN SITI NURBAYA!”
13 Juli 2008
3 komentar:
Hujan air mata Hik... hik...
Asal gak sampe banjir He he he ...
Bukan Siti Nurbaya mengingaanku pada seseorang. Heran, ternyata masih ada siti nurbaya2 masa kini
Posting Komentar